Saya, suami dan mama mertua sedang berbelanja barang kebutuhan sehari-hari di supermarket. Di dalam supermarket tersebut ada satu bagian yang sedang direnovasi sehingga kami harus memutarinya untuk berjalan ke ruangan yang lain. Kami mencari barang-barang yang kami butuhkan. Setelah selesai mengambil barang-barang, kami berjalan menuju ke meja kasir. Di atas meja kasir tergeletak sebuah tas ransel berwarna ungu. Saya merasa sangat familiar dengan tas ini. Saya memiliki tas seperti itu. Sama persis. Saya segera berjalan mendekati tas itu dan langsung membukanya tanpa keraguan. Syukur tidak ada yang menghentikan saya atau meneriaki saya sebagai maling. Semua isi di dalam tas itu adalah milik saya dan ternyata benar, tas itu pun adalah milik saya. Saya pergi mencari petugas di dekat sana dan memberitahukan kepadanya, tas yang tergeletak itu adalah tas saya. “Bolehkah saya mengambilnya?” Dan ia pun berkata “Ambil saja”. Oh, senangnya. Tetapi ada satu hal yang saya herankan. Mengapa tas saya bisa sampai tergeletak di meja itu? Saya tidak ada membawanya ke supermarket!
Mimpi ini mengingatkan saya akan peristiwa nyata saat dua minggu yang lalu sebelum saya memimpikan hal ini. Saya dan suami pergi liburan ke Singapura. Saat mendarat di Singapura, kami menunggu bis yang akan mengantar kami dari Terminal 4 ke Terminal 2 (di terminal 4 tidak bisa naik MRT. Naik MRT hanya bisa dari Terminal 2). Kami duduk di atas kursi empuk yang disediakan di bandara. Kami melepaskan barang-barang bawaan kami dan beristirahat sejenak sambil mengambil beberapa foto. Saat bis datang, kami langsung bergegas mengambil barang dan menarik koper kami keluar dari pintu bandara. Kami mengantri untuk naik ke dalam bis karena banyak orang juga mau naik ke dalam bis tersebut. Saat kami sudah berada di dalam bis, pintu bis tertutup dan melaju di jalanan menuju ke Terminal 2. Saat bis berhenti, kami mengambil koper dan turun dari bis. Kami berjalan lumayan jauh menuju ke tempat untuk menaiki MRT. Kami mengambil kartu dan tap ke mesin sehingga kami bisa lewat untuk masuk ke dalam tempat menunggu MRT.
Sewaktu MRT datang, kami masuk dan duduk bersantai di dalam MRT. MRT berhenti di tempat perhentian pertama, kemudian jalan lagi dan berhenti di perhentian kedua. Mata saya melihat ke sekitar dan mengamati orang-orang di sekitar. Sewaktu mata saya melihat suami yang masih mengalungkan kameranya, saya menyuruh suami untuk memasukkan kameranya ke dalam tas. Di saat itulah, suami saya tersentak dan kaget. Begitu pula dengan saya. Di mana tas ransel suami saya? Oh..oh..Tidak. Kalian tahu tas ransel suami saya ada di mana? Coba kalian tebak! Ketinggalan di mana tas ransel itu? Apakah di terminal 2? Apakah di dalam bis? Apakah di terminal 4? Apakah di dalam pesawat?
Secepat kilat kami langsung menyeret koper kami keluar dari MRT dan kami menunggu kedatangan MRT yang berlawanan arah. Kami berdoa di dalam hati, semoga tasnya masih ada di sana. Kami harus menelusuri kembali ke arah awal kami datang. Sewaktu MRT datang, kami masuk dan turun kembali di Terminal 2. Di Terminal 2, kami menunggu bis yang akan membawa kami ke Terminal 4. Saat bis datang, kami masuk ke dalam bis. Kali ini semua bawaan kami lengkap menempel dengan kami. Saat bis berhenti, kami turun tetapi bis ini ternyata tidak berhenti di pintu tempat kami duduk menunggu sebelumnya. Akhirnya, kami menyusuri jalanan di dalam bandara dan menuju ke tempat kami duduk menunggu bis sebelumnya. Di sana sudah sangat ramai orang yang duduk. Kami sangat gugup. Apakah tas tersebut masih ada di sana? Kami mencari dan mencari, tetapi tas ransel suami saya sudah tidak ada lagi di tempat duduk yang sebelumnya dia duduki. Tidaaaak!
Kami pun pergi bertanya kepada petugas yang berada di dekat tempat duduk itu dan ia menyuruh kami untuk pergi ke tempat informasi. Kami terus berdoa di dalam hati semoga tasnya ada ditemukan orang dan diserahkan kepada petugas bandara. Saat kami sampai di tempat informasi, kami melihat sebuah tas ransel biru sedang digeledah oleh petugas bandara. Petugas melihat ke arah kami dan suami saya langsung mengatakan itu tasnya. Petugas segera mengidentifikasikan suami saya, menanyakan namanya dan menyuruh dia untuk menyebutkan barang-barang apa yang ada di dalam tas tersebut. Suami saya mengatakan bahwa ada lembaran tiket Kuching-Singapura yang bertuliskan nama kami berdua. Bersyukur banget, suami saya meletakkan lembaran tiket yang sebelumnya telah kami gunakan jadi proses identifikasi tidak berlangsung lama. Petugas meminta suami saya untuk mengisi formulir dan menandatanganinya. Petugas juga meminta suami saya untuk memeriksa barang-barangnya. Kami sangat bersyukur tasnya tidak jadi hilang dan semua barang-barang lengkap berada di dalam. Petugasnya juga sangat baik dan ramah.
Jadi, apakah kalian benar saat menebak di mana tas suami saya ketinggalan? Jika kalian menjawab di tempat duduk di Terminal 4, maka jawaban kalian BENAR.
Pelajaran untuk kita semua melalui cerita ini adalah untuk memperhatikan barang-barang bawaan pada saat bepergian. Padahal, beberapa menit sebelum tas ransel itu ketinggalan, mama mertua saya ada chat suami saya mengingatkannya untuk ingat membawa semua barang bawaan, jangan sampai ada yang ketinggalan. Dan sesudah kejadian ini, kami juga sering mendengar suara dari pengeras suara, baik itu di dalam MRT maupun di dalam bandara yang mengingatkan orang-orang untuk memperhatikan barang bawaan mereka. Saat mendengar itu, mata saya dan mata suami saya pasti akan saling bertemu dan kedua sudut bibir kami perlahan bergerak naik ke atas.
Sering kali manusia tidak terluput dari kecerobohan dan kesalahan. Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kami supaya tidak terulang kembali. Kiranya juga bisa menjadi pelajaran buat kita semua ya.