Saya sedang melintasi jalanan yang setiap minggunya saya lewati dengan menggunakan sepeda motor kesayangan saya. Omong-omong, sepeda motor ini sudah setia menemani saya selama 11 tahun loh. Sungguh besar jasanya dan saya tidak rela untuk melepaskannya ke tangan orang lain karena saya juga termasuk tipe orang yang setia. 😊
Saat itu hari sudah sore, jadi saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dari Kakap, tempat pelayanan saya. Saat mengendarai sepeda motor, pandangan saya tidak hanya selalu ke depan jalan, saya juga sesekali menoleh ke kiri dan kanan jalan. Dari kejauhan, saya melihat ada pisang yang digantung di sebuah gubuk. Saya memelankan laju sepeda motor karena saya hendak berhenti membeli pisang tersebut.
Sewaktu sudah sampai di samping gubuk tersebut, saya melihat ada beberapa jenis pisang yang digantung di sana. Oh ya, gubuk ini tersambung dengan sebuah rumah di belakangnya. Dari belakang gubuk tersebut, ada seorang anak laki-laki yang berjalan keluar dari dalam rumah tersebut.
Saat anak tersebut berjalan keluar, ternyata anak tersebut adalah anak yang saya kenal. Dia adalah anak yang saya layani saat di Kakap. Saya menanyakan kepadanya tentang pisang yang ingin saya beli. Saya memujinya karena bisa membantu orang tuanya berjualan.
Sesudah itu, saya menanyakan kepadanya ada siapa saja di rumah. Dia mengatakan bahwa mamanya ada di dalam rumah dan dia mengajak saya masuk ke dalam rumahnya.
Saya mengikutinya berjalan meninggalkan gubuk dan masuk ke dalam rumah. Mamanya sedang berada di dapur. Saya mendekati dan menyapa mamanya. Kami pun memulai percakapan kami.
Saat mengobrol, tangan mamanya tidak berhenti membentuk adonan tepung menjadi bentuk bulan sabit dengan menggunakan cetakan kue. Mamanya mengatakan beginilah kehidupan sehari-hari mereka. Mereka mengerjakan usaha kecil-kecilan supaya bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Saya mengatakan bahwa dia hebat bisa membuat kue dan bagus juga anaknya mau membantunya menjaga jualan pisang di gubuk.
Setelah mengobrol cukup lama, saya kemudian hendak pamit karena hari sudah semakin sore. Saya membayar untuk pisang yang saya beli dan saya lebihkan juga untuk uang jajan anaknya. Saya naik ke atas sepeda motor dan meninggalkan rumah mereka.
Saat saya melanjutkan perjalanan pulang dan belum sampai ke rumah, saya sudah terbangun dari mimpi ini.
Sewaktu melayani anak-anak di Kakap, saya kurang mengenal keluarga dan keseharian anak-anak karena hanya seminggu sekali saja kami bertemu. Selain itu, anak-anak ini juga tidak diantar oleh orang tuanya sehingga saya tidak punya kesempatan untuk melihat dan mengobrol dengan orang tuanya.
Jika ingin mengenal anak-anak ini lebih dalam dan mengetahui tentang keluarganya, maka saya harus berkunjung ke rumah mereka masing-masing. Saat mengunjungi mereka di rumah, saya bisa melihat bagaimana kondisi lingkungan tempat tinggal mereka dan keluarga mereka. Banyak hal yang bisa saya pelajari dari sana. Meskipun kunjungan-kunjungan ini cukup melelahkan karena perjalanan yang panjang dan cuaca yang panas, tetapi saya merasakan sangat sukacita bisa berkumpul di tengah-tengah keluarga mereka dan punya kesempatan untuk mengenal mereka.
Ada juga bonus yang saya dapatkan, coba lihat foto-foto di bawah ini. Cantik, kan?